“Wah kamu cantik sekali.”
Dua puluh tahun aku menunggu kalimat itu dilontarkan untukku, dari orang lain bukan dari ibu bapaku.
Aku seorang wanita yang mempunyai gigi yang gigi atas lebih kedepan dari gigi bawah atau boleh dikatakan gigi jonggang. Tidak hanya jonggang, satu gigi atas yang berada di tengah tempatnya di bawah garis hidung lebih kedepan dari barisannya seperti komander perang yang berada di depan siap menggiring pasukannya untuk bertempur.
Pasti semua tahu kan bagaimana tidak cantiknya punya gigi seperti gigiku. Belum lagi hidungku yang pesek dan mata yang sayu sangat mengurangi kecantikkan wajah. Bentuk tubuhku yang pendek dan gemuk, jauh dari ideal. Kulit yang hitam kusam tampak tak terawat.
Disebabkan bentuk wajah yang tidak cantik ini aku mengalami gangguan psikologi. Pengalaman menyedihkan sering aku terima sejak sekolah sehingga aku dewasa. Aku di buli setiap hari dan aku menjadi anak yang tidak periang sehingga sekarang. Sejak kecil penghinaan adalah rakan karibku. Pengalaman yang tidak menyenangkan itu terjadi belasan tahun, kerana itu aku sering menangis.
Aku tidak berani bercakap di depan orang banyak, suka menyendiri, tidak percaya diri, dan banyak masalah mental lainnya.
Selain permasalahan psikologi aku juga didapati mempunyai masalah yang mempengaruhi aktiviti seharian yang sering didatangi karena wajah yang hodoh. Ketika orang lain cantik bergambar di instagram aku hanya boleh membayangkan saja.
Meskipun banyak aplikasi handphone yang menampilkan gambar yang cantik tetap saja tidak boleh mengubah bentuk gigiku. Satu hari yang dinantikan, ketika ada sesi bergambar, aku binggung untuk memberikan reaksi di wajahku. Kalau tidak senyum hodoh, kalau senyum giginya kelihatan jonggang. Sulit bergaul dengan anak–anak kaya. Pakai baju bagus tetap saja hodoh. Itu semua sangat menyedihkan bagiku.
Keadaan wajahku juga mempengaruhi penerimaan saat aku melamar pekerjaan. Syarat untuk berpenampilan menarik cukup sukar untuk aku tunaikan. Amat menyedihkan bagiku, setelah aku usaha dengan baik apa minat, kemampuanku, dan pekerjaaan yang paling aku harapkan yang boleh aku dapat, tak bisa aku gapai. Kerana aku tidak cantik dan semua impian itu sia–sia.
Mungkin soalannya cukup sederhana saja, iaitu kenapa tidak mencari pekerjaan lain? Masalahnya jika sudah mencari ke beberapa pekerjaan dan tetap ditolak kemudian jiran sebayaku selalu mengolok–olok bahwa aku tidak cantik, tidak punya kemampuan, dan tidak layak untuk mendapatkan pekerjaan yang aku inginkan. Bukankah beban psikologiku semakin besar?
Jikalau saja kecantikan tidak menyumbangkan beban untuk aku maka aku akan tetap boleh menikmati hidup ini apa adanya. Akan tetapi aku seorang wanita, bukankah seorang wanita menginginkan wajah yang cantik? Bahkan cantik yang ideal bagiku adalah ketika ada orang lain yang mengucapkan bahwa aku cantik. Maka aku telah berjaya membuat diriku cantik dengan penilaian orang lain. Sehingga aku tidak akan mendengar ejekkan mereka lagi.
Berbagai masalah yang aku terima itu membuat aku terobses untuk menjadi cantik. Ingin cantik itu begitu terasa ketika aku menyukai lawan jenis. Cantik adalah alasan untuk aku mengajak berbicara kepada orang yang aku cintai. Jika tidak cantik aku hanya mampu memandang dia dari jauh. Sebab mana mungkin dia yang tampan menyukai wanita sehodoh aku. Apalagi watakku yang tidak percaya diri. Bagaimanapun caranya aku akan mengubah diriku menjadi cantik dan percaya diri agar masalah tentang wajah yang hodoh tidak menimpaku lagi.
Aku menginginkan kecantikan yang tinggi. Sehingga orang–orang memujiku bahwa aku cantik, di situlah letak kepuasanku untuk membalas sakit hatiku yang telah lama terpendam. Aku juga ingin menunjukkan bahwa aku yang dulu dihina, diejek dan diremehkan boleh menjadi cantik dan mengagumkan. Aku ingin menunjukkan kepada dunia bahwa aku mendapatkan pujian cantik dari orang yang aku cinta, teman, bos, dan lainnya.
Akan tetapi semua pengorbanan yang aku lakukan untuk menjadi cantik itu selalu saja gagal. Mungkin aku lebih berharga menjadi diriku sendiri daripada menjadi cantik. Atau Tuhan berkehendak lain melalui pemberian wajah dan tubuh ini. Pastinya banyak hikmah yang tersembunyi yang aku dapat dari perjalananku untuk menjadi cantik.
Berbagai cara aku lakukan untuk menjadi cantik, dan beginilah ceritanya. Saat itu jalan penyelesaian yang pertama yang aku pilih adalah memutihkan warna kulit terlebih dahulu. Karena cantik itu bagiku yang putih bersinar dan aku yakin semua laki–laki menyukai kulit putih mulus daripada hitam. Segala produk pemutih dari klinik kecantikan yang berharga mahal aku telah aku cuba, sehingga aku kurang melakukan hobi aku iaitu makan demi mengumpul duit untuk membeli produk kecantikan.
Demi menginginkan hasil yang lebih cepat tanpa menunggu proses, aku berganti menggunakan produk pemutih yang lebih tinggi. Sayang sekali setelah menggunakan produk itu kulitku iritasi. Kulitku merah membengkak, aku baru tersedar ternyata kulitku cukup sensitif untuk memakai produk itu. Maka aku harus berhenti memakai produk pemutih dan aku tidak boleh memiliki kulit yang putih dengan menggunakan sebarangan produk. Di saat kulitku terluka, semakin banyak yang ditujukan kepadaku. Maka sampai bilapun aku tak pernah berhenti untuk menjadi cantik.
Seterusnya, aku terlalu fokus untuk mengecilkan badan agar ideal, sambil menunggu duit terkumpul untuk membetulkan kedudukan gigiku. Rutin yang aku lakukan pada setiap hari adalah dengan bersenam selama 20 minit. Aku tidak mengambil makanan berlemak, fast food, mengurangi karbohidrat dan makanan manis. Pernah sekali aku cuba untuk menghindari pengambilan karbohidrat sehingga akhirnya aku jatuh sakit. Karena kekurangan makanan bernutrisi dan kekurangan rehat, aku mengalami tekanan darah rendah. Dietku yang tidak seimbang telah menyebabkan aku jatuh sakit, dan akhirnya aku berhenti sehingga aku kembali sihat.
Selain itu aku juga berusaha untuk memperbaiki bentuk gigiku. Setelah aku lama mempersiapkan duit untuk berjumpa doktor, saat itu mama sakit. Oleh kerana ibuku memerlukan duit untuk berubat, akhirnya aku meminjamkan duitku untuk ibuku. Sempat kecewa, tetapi kerana aku sayang mama dan kesihatan mama lebih penting daripada gigiku. Akhirnya aku menunda untuk merapatkan gigiku. Aku kembali menabung sekitar dua tahun.
Ketika duitku sudah benar–benar terkumpul, dan niatku sudah kuat untuk memperbaiki gigi sesuatu yang tidak diinginkan terjadi padaku. Aku mengalami kemalangan saat menunggang motosikal. Wajahku terseret pada jalan tar tepat pada gigiku yang awalnya kuat jadi retak. Setelah aku sedar di hospital, aku banyak bersyukur masih diberikan kesempatan untuk hidup saat itu. Melihat orangtua yang sangat risau aku semakin sedih terhadap diriku yang bodoh.
Kejadian itu telah menampar wajahku dan mengingatkan atas kuasa Tuhan. Masih banyak di luar sana yang keadaan fizikalnya kekurangan. Aku harus banyak bersyukur daripada mereka. Bahkan mereka yang kekurangan masih tetap boleh berkarya dan menjadi bintang. Aku harus mampu menerima dengan ikhlas dengan apa yang Tuhan tetapkan untuk aku, dan menjadikan kelebihan di gigiku ini sebagai sesuatu yang bermanfaat dan menginspirasikan orang lain.
Setelah itu aku menyedari bahwa keinginanku untuk menjadi cantik itu tidak bermanfaat, kerana manusia tidak ada yang sempurna. Kecantikkan itu membuatkan aku melupakan Tuhan yang telah memberikan organ tubuh yang lengkap untuk aku yang lebih berharga daripada sebuah kecantikan. Cukup menjadi diri sendiri dan tidak perlu cantik jika aku bukan seorang model, artis, atau penyanyi. Menghargai apa yang dimiliki diri sendiri dan meningkatkan potensi itu sudah cukup.